JAKARTA, SABTU - Propaganda minum susu dinilai terlalu berlebihan. Padahal, untuk anak di atas umur dua tahun, ibu cukup memberi satu hingga dua gelas susu setiap harinya. Budaya kebanyakan memberi susu sering dilakukan oleh sejumlah ibu yang sebenarnya tak mau repot ketika anaknya tak mau makan.
"Banyak ibu sekarang malas memberi makan anaknya, memang karena sulit makan, jadi diberi susu saja tiga sampai delapan gelas per hari," ujar pemimpin redaksi sebuah majalah kesehatan 'Nirmala' Andang Gunawan dalam acara peluncuran buku 'Hidangan Favorit Ala Mediterania' di Jakarta, Sabtu (8/11).
Akibatnya, timbullah generasi obesitas, yang ditandai banyak anak di bawah umur yang kini memiliki berat badan berlebihan. Menurut Andang, tidak selamanya susu memberi manfaat yang sama baiknya kepada semua orang.
Bahkan ada orang yang alergi setelah minum susu. Jika timbul gejala demikian, Andang menganjurkan segera berhenti mengonsumsi susu. Andang mengatakan dirinya memang menentang kampanye minum susu yang berlebihan.
Menurut Andang, susu bukanlah segalanya. Di satu sisi, memang kandungannya menjaga ketahanan tubuh. Namun, yang paling penting adalah bagaimana orang tua menjaga pola makan yang seimbang untuk anaknya.
"Kita tuh sudah terpola pikirannya kalau nggak minum susu, anaknya bakal nggak tumbuh dan nggak sehat. Yang benar, jaga keseimbangan pola makan buah dan sayuran serta susu," ujar Andang.
30 November, 2008
Anak Mau Sehat, Jangan Andalkan Susu!
Bisnis Seks Booming Dikala Resesi
Dear Zeverina & KoKiers
Email address ini hanya untuk Zeverina.
Aneh tetapi nyata ! Buat biaya hidup sehari-hari lagi cekak begini, kok bisa-bisanya setor "money" dan "mani" ke PSK ? Namun itulah yang terjadi !
Leon Gettler menulis di The Age 30 Nopember 2008 "Straitened opt for cheap thrill". Katanya, bisnis real estate, asuransi jiwa dan mortagage broker lagi sepi dan menurun............. tentunya bisnis-bisnis lainnya juga. Tetapi tunggu dulu ..................... Debt Collector, Sekolah Negeri dan Prostitusi malah kian berkibar, makin banyak peminatnya ! Banyak perusahaan dan Bank menyewa Debt Collector untuk menagih utang-utang yang macet, itu kita paham karena dalam jaman susah pastilah banyak yang tak mampu bayar ini itu.
Sekolah Negeri yang uang sekolahnya gratis atau murah kebanjiran murid, itupun kita sudah duga sebab orang tua murid yang berpenghasilan tanggung tak akan lagi sanggup bayar puluhan ribu $ per tahun untuk Sekolah Elite Swasta. Namun hasil survey membuktikan bahwa Bisnis Seks melejit 150% ..............itu yang bikin tidak habis mengerti ! Sexpo annual show yang minggu lalu diselenggarakan di Melbourne telah menyedot 70,000 pengunjung, padahal Expo-Expo barang dagangan dan jasa yang lebih bermanfaat untuk peningkatan taraf hidup kok pada melempem. Tak urung, Fiona Patten, CEO Eros Foundation sesumbar "our sex industry is recession proof". Lanjutnya, "kalau tak cukup punya duit untuk dinner (maksudnya makan malam direstoran bergengsi), sewa saja DVD (tentu yang porno) atau beli Sex Toys". Kurang asem ! Sialan banget si Fiona ini !
Itu cerita di Australia ! Barangkali kalau di Indonesia sih laki-laki nya tidak begitu kok..................bermoral, sopan-sopan, pemalu dan nggak doyanan seks. Jadi aku tidak bakalan cerita mengenai pria Indonesia yang alim-alim begituan. Cuma saja aku ikutan menulis soal Seks di Forum KoKi karena penasaran. Mengapa ya setiap ada judul dengan kata "Seks" selalu kebanjiran pembaca, bisa ribuan bahkan puluhan ribu ? Kebanyakan sembari "mengintip" (di Australia ada lho "peeping show"), barangkali bacanya pun sambil sembunyi-sembunyi kuatir kepergok orang serumah. Yang "berani" berkomentar sih tidak banyak, orang-orangnya itu-itu juga - tepuk tangan untuk para komentator.
Kali ini kisah di China dijamannya Mao Tse-tung sedang berkuasa-kuasanya. Setiap denyut jantung dan nadi rakyat Tiongkok ada dalam genggamannya, dari kegiatan bisnis, kerja, sekolah, berpakaian, olah raga sampai ke makanan sehari-hari diatur ketat. Dulu aku sungguh tidak mengerti bagaimana seseorang (tentu dengan bantuan kamerad-kameradnya) mampu mengkontrol napas setiap rakyat Tiongkok yang spektakuler jumlahnya dan begitu luas daratannya. Aku baru tahu "rahasia"nya ketika aku berkunjung ke China saat Deng Xiao-ping naik panggung, Tour Guide ku, orang lokal, kebetulan dia orang terpelajar dan berpengetahuan memperlihatkan berbagai Kupon yang berbeda-beda corak dan warnanya. Bentuknya seperti uang kertas, tetapi Kupon tersebut penggunaannya tidak seluas dan sebebas uang kertas. Kupon dicetak untuk digunakan menukar dengan barang tertentu dan berlakunya juga diwilayah tertentu pula. Pantas saja bila ada penduduk dari satu desa/kota tertentu kabur/pindah ke tempat lain, dia tidak bakal bisa hidup karena kupon-kuponnya tidak "laku" ditempat lain. Yang hebat waktu itu para kader partai yang mengawasi birokrat setempat begitu fanatik dan sukar disogok sehingga kupon-kupon tidak bisa ditransfer atau dimanipulasi.
Lalu bagaimana dengan urusan komersialisasi Seks ?
Ah, ada saja jalannya.......................... Rumah Bordil ditutup dan Jual Beli Seks dimanapun dilarang, tetapi yang namanya hidung belang kok tahu saja perempuan mana mana yang bisa "dipakai". Bayarnya pakai apa ? "Mani" saja ya ogah perempuannya, "money" si pria kagak punya....................ya "kupon" makanan lah yang disetorkan sebagai pembayaran. Lelaki rela mengurangi jatah makanan "mulut" untuk melampiaskan nafsu "arus bawah". Kacian betul................... Sekarang jaman sudah berubah, lelaki Tiongkok ya sama saja dengan lelaki Australia........ cukup bayar pakai "uang kertas" atau "kartu kredit" setiap melepas "hajat".
Regards
Wes, Australia
http://community.kompas.com/read/artikel/1720