Mengobati Kanker Serviks
Mengobati Kanker Serviks
*Daun Sirsak Lebih Kuat 10.000 kali Daripada Kemoterapi*
<
http://maramissetiawan.files.wordpress.com/2011/01/sirsak.jpg>
'Selamat ya, sudah hamil.' Yanti Sumiati bertubi-tubi menerima ucapan itu dari rekan
kerja, tetangga, dan saudara pada Mei 2010. Perutnya membesar. Banyak orang
menerka ia hamil 5 bulan. Hati Yanti justru remuk-redam. Sebab, bukan janin
dalam kandungan, tetapi kanker serviks yang merenggut nyawa seorang
perempuan setiap 4 menit.
Yanti Sumiati mengetahui kanker serviks itu ketika ia memeriksakan diri di
sebuah klinik di Warungbuncit, Kotamadya Jakarta Selatan. Bagian bawah
perut sakit, 'Seperti ditusuk-tusuk, nyeri sekali,' kata perempuan
kelahiran Bogor, Jawa Barat, 20 Agustus 1978 itu. Rasa sakit menjalar ke
kaki kiri. Kondisi itulah yang mendorong Yanti bergegas ke dokter spesialis
kandungan dan kebidanan, dr Slamet Zaeny SpOG, pada 6 Mei 2010.
Dokter yang memindai Yanti menggeleng-gelengkan kepala. 'Lihat di monitor,
kankernya sebesar kepala bayi,' kata dr Slamet Zaeny SpOG seperti diulangi
oleh Yanti. Kadar CA - indikator adanya sel kanker - 113,39 U/ml; normal,
kurang dari 35 U/ml. Sambil berbaring, ia memandangi layar pemindai. Dokter
menyarankan Yanti menjalani operasi. Namun, anak ke-3 dari 6 bersaudara itu
memilih jalan lain. Sebab, sebelum pemeriksaan itu pada April 2008 ia
menjalani operasi untuk mengatasi kista.
Namun, 2 tahun berselang ia terserang kanker serviks. Gejala munculnya
kista sama persis dengan kanker serviks itu. Perempuan 32 tahun itu memilih
pengobatan herbal. Ia mendatangi herbalis dan diberi 3 jenis herba dalam
kapsul untuk sebulan. Sayang, Yanti yang membayar Rp9-juta tak mengetahui
jenis tanaman obat yang ia konsumsi.
*Batal operasi*
Yanti disiplin mengonsumsi 3 kapsul herba itu 3 kali sehari. Namun,
tanda-tanda kesembuhan tak kunjung muncul. Malahan perut kian membesar dan
nafsu makan hilang. Warga Kelurahan Kebagusan, Kecamatan Pasarminggu,
Jakarta Selatan, itu juga mengalami insomnia dan merasa serbasalah: miring
ke kiri sel kanker yang membesar ikut ke kiri, ke kanan, turut ke kanan.
Keadaan itu menyebabkan Yanti memutuskan untuk menjalani operasi pada 10
Agustus 2010.
Sehari sebelumnya, ia menemui kedua orangtuanya di Ciampea, Kabupaten
Bogor. Ketika itulah Yanti berjumpa dengan tetangganya, pendiri Pusat Studi
Biofarmaka Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Ervizal AM Zuhud MS. Zuhud
mempunyai informasi tentang khasiat daun sirsak dari beberapa hasil
penelitian di mancanegara. Guru besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor itu menyarankan agar Yanti mengonsumsi daun sirsak. Keesokan harinya,
Yanti membatalkan operasi dan merebus 10 lembar daun sirsak segar dalam 3
gelas air hingga mendidih.
Setelah rebusan dingin, ia meminumnya. Frekuensi 3 kali sehari
masing-masing segelas. Istri Fery Firmansyah itu juga menyantap daging buah
sirsak sekali sehari. Ia memotong 4 bagian buah berukuran sedang, bobot 6 -
7 ons. Sepotong buah *Annona muricata* cukup untuk sehari. Pada 24 Agustus
2010, ia kaget bukan kepalang ketika mudah menarik risleting dan
mengancingkan celana. Semula bukan hal gampang untuk mengenakan celana
akibat perut yang kian membesar. Ia benar-benar baru sadar bahwa perut
mengempis.
Pagi itu ia mencoba tidur, tetapi perutnya tanpa gelambir seperti
sebelumnya. Ia miring ke kiri dan ke kanan beberapa kali, tetapi tak ada
gumpalan dalam perut yang mengikuti gerakan seperti sebelumnya. 'Saya
menangis karena saking senangnya,' kata perempuan yang menikah pada 2007
itu. Sembuh? Begitulah dugaan Yanti. Sebulan berselang ia menemui dokter
spesialis kandungan dan kebidanan. Hasil pemindaian menunjukkan tak ada
lagi berjalan di serviks.
Menurut dokter sekaligus herbalis di Jakarta Timur, dr Willie Japaries
MARS, hilangnya sel kanker dari serviks Yanti dapat melalui berbagai jalan
seperti luruh bersama urine atau feses. Namun, menurut Yanti selama 14 hari
konsumsi daun dan buah sirsak hingga perut mengempis, tak ada perubahan
warna atau bentuk feses dan urine. Japaries mengatakan cara lain
detoksifikasi adalah melalui keringat.
'Pikiran saya lepas. Saya senang banget,' katanya dengan wajah berbinar.
Setelah perutnya mengempis, Yanti lahap setiap kali makan sehingga tubuh
kian segar. Insomnia juga sirna sehingga kini ia bisa tidur nyenyak. Meski
begitu hingga kini ia tetap mengonsumsi segelas rebusan daun sirsak sekali
sehari.
*10.000 kali*
Perubahan kondisi perut yang semula seperti perempuan hamil lalu mengempis
hanya dalam 2 pekan itu sangat cepat. Semula Zuhud memprediksi, perubahan
itu baru tercapai setelah 3 bulan Yanti rutin mengonsumsi daun kerabat
srikaya itu. Prediksi 90 hari itu berdasarkan informasi yang ia peroleh di
internet.
Yanti Sumiati bukan satu-satunya yang merasakan khasiat daun anggota famili
Annonaceae. Contoh lain, Sri Haryanto di Yogyakarta yang mengidap kanker
prostat dan Yulisnawati (kanker payudara di Palembang, Sumatera Selatan).
Dokter juga menyarankan operasi pada Yulisnawati. Namun, ia lebih memilih
mengonsumsi rebusan segelas daun sirsak 3 kali sehari. Dua bulan berselang,
kondisi kesehatannya kian membaik. Yulisnawati belum mengecek ulang kondisi
kanker. Pada kasus Haryanto, dokter tak menyarankan operasi karena usia
pasien lanjut, 70 tahun. Haryanto yang juga herbalis itu mengonsumsi jus
buah sirsak (baca:* Sirsak Stop Kanker
Prostat<
http://maramissetiawan.wordpress.com/2011/01/20/khasiat-sirsak-2-sirsak-stop-kanker-prostat>
*, halaman 18)
Selain ke-3 jenis kanker - serviks, payudara, dan prostat, daun sirsak juga
terbukti secara ilmiah mengatasi antara lain kanker paru-paru, ginjal,
pankreas, dan usus besar. Begitulah hasil riset peneliti di Sekolah Farmasi
*Purdue University*, Indiana, Amerika Serikat, Jerry L McLaughlin. Peneliti
yang memperoleh daun sirsak dari Garut, Jawa Barat, itu membuktikan bahwa
daun*Annona muricata* manjur mengatasi 7 sel kanker. Daun sirsak yang
selama ini terabaikan itu ternyata mujarab mengganyang sel kanker.
Ada apa di balik itu? Peneliti di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati
Institut Teknologi Bandung, Prof Soelaksono Sastrodihardjo PhD yang meriset
daun sirsak bersama Jerry L McLaughlin menemukan senyawa aktif acetogenins.
Mereka melakukan uji praklinis dengan memanfaatkan beragam sel kanker
seperti sel kanker paru-paru dan pankreas. 'Tujuan penelitian,
mengembangkan ilmu pengobatan untuk mengatasi kanker,' kata doktor Biologi
alumnus*Champaign Urbane University*, Amerika Serikat, itu.
<
http://maramissetiawan.files.wordpress.com/2011/01/acetogenin.jpg>Acetogenins
menghambat ATP kanker
'Acetogenins menghambat ATP (adenosina trifosfat, *red*). ATP sumber energi
di dalam tubuh. Sel kanker membutuhkan banyak energi sehingga membutuhkan
banyak ATP,' kata Sastrodihardjo. Acetogenins masuk dan menempel di
reseptor dinding sel dan merusak ATP di dinding mitokondria. Dampaknya
produksi energi di dalam sel kanker pun berhenti dan akhirnya sel kanker
mati. Hebatnya acetogenins sangat selektif, hanya menyerang sel kanker yang
memiliki kelebihan ATP. Senyawa itu tak menyerang sel-sel lain yang normal
di dalam tubuh. 'Acetogenins mengganggu peredaran sel kanker dengan cara
mengurangi jumlah ATP. Hal ini yang membuat senyawa dalam daun sirsak
dianggap selektif dan hanya memilih sel kanker untuk diserang,' kata
Sastrodihardjo.
Bukan hanya selektif, acetogenins juga dahsyat! *The Journal of Natural
Product*membeberkan riset Rieser MJ, Fang XP, dan McLaughlin, peneliti
di *AgrEvo
Research Center*, Carolina Utara, Amerika Serikat, bahwa daun sirsak
membunuh sel-sel kanker usus besar hingga 10.000 kali lebih kuat dibanding
adriamycin dan kemoterapi.
Adriamycin yang mempunyai nama generik doxorubicin merupakan obat untuk
mengatasi berbagai jenis kanker seperti leukemia, kanker prostat, kanker
paru-paru, dan kanker pankreas. Sedangkan kemoterapi merupakan cara
pengobatan kanker dengan jalan memasukkan zat atau obat yang mempunyai
khasiat membunuh sel kanker.
Menurut peneliti di *Cancer Chemoprevention Research Center* Universitas
Gadjah Mada (CCRC-UGM), Nur Qumara Fitriyah, riset McLaughlin menunjukkan
dengan dosis kecil saja, daun sirsak efektif memberangus sel kanker.
Berdasarkan riset McLaughlin ED50 ekstrak kasar daun sirsak < 20 µg/ml,
sedangkan ED50 senyawa murni cuma < 4 µg/ml. Artinya dengan dosis rebusan
10 - 15 daun sirsak masih aman dikonsumsi.
*Tren sirsak*
Menurut Ervizal AM Zuhud penelitian sirsak sempat ditutupi-tutupi selama 10
tahun karena 'mengancam' kelangsungan hidup kemoterapi dan industri kimia.
Apalagi harga sirsak murah. Hasil penelitian itu, 'Baru tersebar setelah
keluarga dari seorang peneliti mengidap kanker dan mempublikasikan di dunia
maya,' kata kepala Bagian Konservasi dan Keanekaragaman Tanaman, Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor, itu.
Berbagai lembaga riset di tanahair juga mulai menguak rahasia daun sirsak
dan kerabatnya. Sekadar menyebut contoh, periset di Pusat Studi Biofarmaka
IPB, Prof Dr Latifah K Darusman, hingga kini meriset komponen kimia yang
dominan di daun sirsak. Sedangkan peneliti di Universitas Gadjah Mada, Prof
Dr Sismindari, meriset khasiat biji dan daun srikaya yang kaya *ribosome
inactivating protein* (RIP). 'RIP mampu merusak sintesis protein pada sel
yang sedang tumbuh sehingga mati,' kata Sismindari.
Konsumsi daun sirsak bukan hanya untuk para pasien, tetapi juga baik bagi
orang sehat. Menurut Ervizal AM Zuhud, kasiat daun sirsak bagi orang sehat,
'Menambah kekebalan tubuh dan mencegah asam urat. Bagi pria, daun sirsak
menambah jumlah dan memperkuat sperma.' Di Indonesia kini para dokter dan
herbalis meresepkan daun sirsak kepada para pasien. Ada yang meresepkan
secara tunggal - hanya daun sirsak, tetapi ada pula yang meracik kombinasi
daun sirsak dengan herbal lain seperti rimpang temuputih dan sambiloto.
Mereka meresepkan daun sirsak antara lain untuk mengatasi beragam kanker.
Herbalis di Yogyakarta, Lina Mardiana meresepkan daun atau buah sirsak
terutama sebagai pengganti kemoterapi pada pasien kanker. 'Khasiat daun
atau buah sirsak itu untuk mengeliminasi radikal bebas, mengeringkan sel
kanker, menyembuhkan peradangan di dalam tubuh, dan terutama meningkatkan
stamina pasien agar tubuh tidak lemah,' kata Lina Mardiana. Para dokter dan
herbalis seperti Valentina Indrajati di Bogor, Jawa Barat, memilih daun
yang sedang - tak terlalu tua dan tak terlampau muda. Dari pucuk, kira-kira
daun di baris ke-4 hingga ke-6.
Dari pucuk, kira-kira daun di baris ke-4 hingga ke-6.
Para herbalis meresepkan daun sirsak bukan melulu untuk mengatasi sel
kanker. Herbalis di Gegerkalong, Kotamadya Bandung, Jawa Barat, H Sarah
Kriswanty, misalnya, meresepkan daun sirsak untuk mengatasi bronkhitis dan
kejang. Sedangkan Lina Mardiana meresepkan daun sirsak untuk pasien yang
menderita peradangan, misalnya radang tenggorokan, usus, pencernaan,
ambeien (baca: *Sentosa Karena
Graviola*<
http://maramissetiawan.wordpress.com/2011/01/20/khasiat-sirsak-3sentosa-karena-graviola>
halaman
24).
Menurut dr Willie Japaries MARS yang juga meresepkan daun sirsak, *daun
Annona muricata* bersifat netral sehingga sesuai untuk mengatasi beragam
jenis kanker. Herbalis lain yang juga meresepkan daun sirsak antara lain dr
Prapti Utami di Jakarta Selatan dan Maria Andjarwati (Kelapagading, Jakarta
Utara. Para herbalis dan dokter itu sebagian besar meresepkan daun sirsak
baru pada 2 - 4 tahun silam. Pada umumnya mereka tak meracik, tetapi pasien
yang menyiapkan sendiri sejak pencarian daun hingga merebus.
Harap mafhum hingga saat ini di pasaran belum tersedia ekstraksi daun
sirsak dalam kapsul seperti kapsul bermerek Graviola yang beredar di
mancanegara. Oleh karena itu, mereka mempersiapkan sendiri. Pasien yang
belum memiliki pohon biasanya membeli bibit sirsak. Dampaknya permintaan
bibit juga meningkat. Produsen bibit buah-buahan di Pontianak, Kalimantan
Barat, Simbul Haryadi mengatakan permintaan bibit sirsak pada September
2010 mencapai 400 bibit. Padahal, biasanya hanya 10 bibit per bulan. 'Stok
bibit di kebun sampai habis, sekarang saya sedang memperbanyak lagi,' kata
Haryadi.
Begitu juga permintaan di nurseri Tebuwulung milik Eddy Soesanto di
Cijantung, Jakarta Timur, yang mencapai 600 - 700 bibit per bulan. Lonjakan
permintaan signifikan itu terjadi dalam 4 bulan terakhir. Produsen bibit
buah di Bogor, Jawa Barat, Syahril sama juga. Permintaan bibit durian
belanda itu fantastis, sejak Agustus 2010 mencapai 3.000 - 5.000 tanaman
per bulan; sebelumnya, 500 bibit per bulan. Harga bibit setinggi 40 - 50 cm
di berbagai penangkar Rp20.000 - Rp30.000. Menurut para penangkar tingginya
permintaan bibit sirsak berkaitan dengan pemanfaatan daun atau buah sebagai
obat tradisional. Benar kata Yeni Sumarni yang juga mengonsumsi daun
sirsak, 'Obat kanker itu ternyata murah meriah, kita tak perlu mengeluarkan
uang jutaan rupiah.' (Sardi Duryatmo/Peliput: Endah Kurnia Wirawati,
Lastioro Anmi Tambunan, & Tri Susanti)
*sumber: Trubus Online*